Selamat datang di blog Biologi, anda akan membaca materi, mengerjakan ulangan dan melihat nilai anda

I need more advises to improve my blog. Finnally I hope u enjoy here...........

Senin, Juli 05, 2010

e-Learning

e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet,Intranet atau media jaringan komputer lain.
e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringankomputer,maupun komputer standalone.
Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa e-Learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar
Keuntungan Menggunakan e-Learning
Menghemat waktu proses belajar mengajar
• Mengurangi biaya perjalanan
• Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku)
• Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
• Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
Membangun e-Learning
Menurut Henderson ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membangun sebuah sistem e-learning:
1. Menentukan Tujuan dari Sistem e-learning Pada tahap ini pengembang sistem harus menentukan apa yang ingin dicapai dengan adanya e-learning tersebut. Tahap ini biasanya dengan mudah dilupakan akibat antusiasme berlebihan dari pengembang sistem e-learning.
2.Memulai Sistem dalam Skala Kecil
Sebaiknya e-learning dimulai terlebih dahulu pada sebuah unit yang kecil dan dievaluasi sepenuhnya terlebih dahulu untuk menjadi model bagi sistem dalamskala yang lebih besar.
3. Mengkomunikasikan dengan Peserta Didik
Menerapkan sebuah sistem baru akan memberikan tingkat keberhasilan lebih baik apabila sasaran dari sistem tersebut memahami dengan baik sistem tersebut.
Demikian pula dengan e-learning, apabila peserta didik memahami tentang sistem yang dibangun dan dikembangkan maka mereka dapat turut memberikan bantuan untuk mencapai tujuan e-learning tersebut. Didasari alasan tersebut maka pengembang sistem e-learning seharusnya selalu mengkomunikasikan sistem yangsedang coba dibangun kepada peserta didik.
4. Melakukan Evaluasi secara Kontinyu
Evaluasi terhadap sistem dan segenap aspeknya perlu dilakukan secara terus menerus untuk menjamin keberhasilan penerapan e-learning. Membandingkan10 hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran secara konvensional dapat memberikan justifikasi apakah sistem e-learning yang dikembangkan memenuhi standar keberhasilan proses pembelajaran atau tidak.

5. Mengembangkan sistem dalam skala lebih besar
Setelah sistem mencapai keberhasilan dalam skala kecil maka selanjutnya adalah mengembangkan sistem dalam skala lebih besar. Menambah jumlah peserta didik, mata pelajaran, model evaluasi dan berbagai aspek pembelajaran lainnya dapat dilakukan dengan mengacu model dari skala yang lebih kecil yang telah dikembangkan sebelumnya.

Jumat, Juli 02, 2010

CHARACTER BUILDING

Ketika Bung Karno mengucapkan kata-kata ini, rasanya diucapkan dalam
konteks politik. Jadi yang dimaksud ialah watak bangsa harus
dibangun. Tetapi ketika kata-kata ini diungkapkan oleh para pendidik,
dari Ki Hajar Dewantara hingga Mohammad Said, konteksnya adalah
pedagogik. Yang dimaksudkan ialah pendidikan watak untuk para siswa,
satu demi satu. Bagaimana cara mendidik anak di sekolah agar selain
menjadi pintar juga menjadi manusia berwatak?
Jika diuraikan seperti ini, masalah character building masih
merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua kebobrokan yang
kita rasakan kini lahir dari tidak adanya watak yang cukup kokoh pada
diri kita bersama. Watak bangsa rapuh dan watak manusia Indonesia
mudah goyah. Saya kira jumlah orang yang jujur masih cukup banyak di
Indonesia, tetapi mereka tidak berdaya menghadapi kelompok kecil
manusia Indonesia yang korup, yang mempunyai kekuasaan atau
membonceng pada kekuasaan.

Saat ini begitu banyaknya kasus kekerasan,tawuran, maraknya gang,penggunaan narkoba,penyimpangan sexual,penyalahgunaan internet dll
Jadi apa yang salah dengan pendidikan watak kita? Banyak
sekali! “Pendidikan watak” diformulasikan menjadi pelajaran agama,
pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program
utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Paling-
paling mendalam sedikit sampai ke penghayatan nilai secara afektif.
Padahal, pendidikan watak seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai
secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke
pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang
sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut
conatio. Dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini
disebut langkah konatif.

Jadi dalam pendidikan watak, urut-urutan langkah yang harus terjadi
ialah langkah pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan
menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara
konatif. Ini trilogi klasik pendidikan. Oleh Ki Hajar diterjemahkan
dengan kata-kata cipta, rasa, karsa.

Berdasar analisis ini pendidikan watak pada dasarnya adalah
membimbing anak untuk secara sukarela mengikatkan diri pada nilai.
Rumusan Profesor Phenix ialah “voluntary personal commitment to
values”. Dilihat dari sudut ini tidak akan terlalu sukar untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan kita dalam menyelenggarakan pendidikan
watak.

Pelaksanaan

Kini, lihatlah cara kita melaksanakan pendidikan watak, terutama dari
segi evaluasi. Mengetahui kemajuan anak dalam aspek kognitif relatif
itu mudah. Nilai-nilai apa saja yang dikenal dan dipahami anak
mengenai berbagai hal dalam kehidupan? Nilai-nilai tentang pergaulan
sosial, tentang etos kerja, tentang kejujuran? Apa saja yang telah
diketahui dan dipahami anak tentang berbagai jenis nilai tadi?
Bagaimana mengevaluasi keberhasilan anak dalam mengenali dan memahami
nilai-nilai ini?
Jelas tidak dengan tes multiple choice (pilihan ganda) semata.
Bagaimana menilai kemajuan aspek afektif anak? Observasi dan catatan
hasil observasi adalah cara terbaik. Dan menilai kemajuan anak dalam
aspek praksis juga harus dilakukan dengan observasi yang sistematis.
Dilihat dari segi ini, kita tidak dapat menghindari kesan, pendidikan
watak di sekolah kita benar-benar amburadul. Saya mendapat kesan,
kita tidak sungguh-sungguh berusaha melaksanakan pendidikan watak.
Rupanya tidak ada tempat dalam kurikulum sekolah Indonesia untuk
melaksanakan pendidikan watak yang sebenarnya. Para guru bertanya,
untuk apa menghabiskan waktu dan tenaga untuk pendidikan watak? “Soal
watak kan tidak akan ditanyakan dalam ujian nasional!”

MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah langkah
yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar ini
mecakup beberapa tahapan, seperti :
1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi
yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran
PBM.
2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-langkah
pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan
tentang media ajar yang akan digunakan.
3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem
pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.
Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil
yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media
mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar

Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media
ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape
recorder.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis :

1) audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound
slide.
2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar
yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Pengajaran Berbantuan Komputer

Dengan berkembangnya teknologi e-media (elektronik media), sebagai media pendiddikan, maka sarana dan
prasarana untuk pemanfaatannya juga berkembang, salah satu sarana tersebut adalah komputer.
Pengajaran berbatuan komputer merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para ahli sejak
beberapa dekade yang lalu, karena dengan batuan komputer ini proses pengajaran berjalan lebih
interaktif dan membantu terwujudnya pembelajaran yang mandiri.
Metode pengajaran berbasis komputre ini
secara garis besarnya, dapat dikatergorikan menjadi dua, yaitu computer-based training (CBT) dan
Web-based training (WBT).

1. Computer-based Training (CBT)
CBT merupakan proses pendidikan berbasiskan komputer, dengan memanfaatkan media CDROM
dan disk-based sebagai media pendidikan (Horton, 2000). Dengan memanfaatkan media
ini, sebuah CD ROM bisa terdiri dari video klip, animasi, grafik, suara, multimedia dan
program aplikasi yang akan digunakan oleh peserta didik dalam pendidikannya.
Dengan CBT, proses pendidikan melalui classroom tetap dapat terlaksana, sehingga interaksi
dalam proses pendidikan dapat terus berlangsung, yang dibantu oleh kemandirian peserta didik
dalam memanfaatkan CBT.

2. Web-based training (WBT)
Web-based training (WBT) sering juga diidentikkan dengan e-learning, dalam metoda ini
selain menggunakan komputer sebagai sarana pendidikan, juga memanfaatkan jaringan
Internet, sehingga seorang yang akan belajar bisa mengakses materi pelajarannya dimanapun
dan kapanpun, selagi terhubung dengan jaringan Internet (Rossett, 2002).

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More